Nama pria berusia 26 tahun ini melejit lewat Akademi Fantasi Indosiar (AFI). Wajahnya yang ganteng, kepribadiannya yang ramah dan kepandaiannya membawakan acara AFI, membuatnya diidolakan banyak remaja.

Bagi para penggemar AFI, nama Adi Nugroho tentu tak asing lagi. Tiap hari kehadiran pria kelahiran 22 Juni 1978 ini dinantikan. Apalagi kalau bukan di acara Diari dan Konser AFI. Kepandaiannya memancing emosi penonton membuat Adi juga menjadi idola remaja selain Veri dan kawan-kawannya.

Namun siapa sangka, perjalanan kariernya di dunia hiburan, sempat terganjal orang tua. Keluarganya yang lebih berorientasi pada pendidikan mengarahkannya untuk jadi sarjana. Tak ingin mengecewakan, saat kelas 3 SMA, Adi mati-matian belajar dan jarang ke luar rumah agar bisa masuk Teknik Sipil UI. "Ternyata kuliahku malah "hancur". Saat itulah aku merasa harus ambil tindakan. Akhirnya aku diizinkan di jalur ini," ujarnya.

Beruntung, karier Adi melesat. Setidaknya, ia bisa menunjukkan, ada kesinambungan penghasilan. "Aku memang transparan banget ngasih tahu orang tua soal penghasilan, dan mereka pun menganggap langkahku makin jelas," papar pria yang mengawali kariernya dari ajang pemilihan Abang None (Abnon) Jakarta 2000. Beberapa minggu setelah terpilih sebagai pemenang favorit, Adi diterima kerja di Radio Prambors.
 
"Selama dikontrak jadi Abnon, aku enggak boleh ikut iklan, masuk majalah atau teve. Satu-satunya yang boleh adalah dunia radio," jelas Adi yang sejak SMA punya cita-cita antara lain jadi penyiar. Kebetulan, radio Prambors sedang buka lowongan. Setelah mengikuti sekitar 5 ­ 7 kali tes selama setahun, Adi diterima jadi penyiar. Ia merasa dunia barunya ini sangat menyenangkan.
"Pokoknya, modal gila aja. Sebenarnya aku masih bingung karena aku, kan, kuliah di Fakultas Teknik yang pola pikirnya sangat beda dari penyiar radio." 
 

"Tapi setelah dicoba, akhirnya bisa," tutur Adi yang sempat dimarahi saat awal jadi penyiar. Setelah 1,5 tahun siaran di Prambors dan lepas kontrak dari Abnon, Adi pindah ke Radio Hard Rock. Dari situlah, jalan menuju dunia layar kaca mulai terbuka.
BERKORBAN DEMI AFI
Awalnya, dia membawakan acara A Mild Live On TV bersama Nadya Hutagalung. Setelah itu, anak kedua dari tiga bersaudara ini mulai dapat job presenter. Soal keterlibatannya di AFI, awalnya ia ditawari Indosiar untuk membawakan acara tersebut. "Umurku kayaknya cukup pas, sesuai dengan segmen acara, yaitu 18 ­ 25 tahun. Meskipun aku udah lebih dari 25 tahun, aku merasa pas. Konsepnya juga bagus," tutur Adi.

Namun, ia tak langsung jadi presenter lantaran ternyata ada calon lain selain Adi. Dua minggu kemudian, Adi dipanggil lagi untuk kasting. "Bagiku enggak masalah. Agar mereka enggak salah pilih," cetus penggemar Mariah Carey dan Brian Mcknight ini. Meski akhirnya terpilih sebagai presenter AFI, Adi mengaku pusing saat pertama kali membawakan acara tersebut.

Pasalnya, waktu itu ia tengah membawakan empat acara di beberapa stasiun teve yang berbeda, yaitu Metro Yours, The Plaza, Percaya Enggak Percaya, Kobatama, dan Otomotif. Belum lagi, ia terkadang punya job di luar kota. "Ribet banget. Apalagi aku juga masih siaran. Lalu, aku mulai mengundurkan diri dari acara-acara itu satu per satu agar fokus ke AFI."

Mengapa memilih AFI? "Karena image-ku di AFI cukup kuat. Selain itu, rating-nya bagus dan penghasilanku juga beberapa kali lipat lebih banyak dari sebelumnya," kilahnya. Selain itu, ngemsi di AFI adalah tantangan baginya. "Karena di sini aku harus ngemsi selama 2 ­ 3 jam. Aku harus bisa nganterin program ini dari awal sampai selesai dengan bagus. Pokoknya enggak setengah-setengah."

Bagian yang Adi suka dalam membawakan AFI adalah memancing emosi penonton. "Itu
memang konsep AFI, bikin orang teringat dan trenyuh gimana para akademia berjuang keras menorehkan prestasi. Kebetulan aku suka banget dengan yang namanya cinta. Rasanya nikmat banget bawain acara cinta," papar pria romantis ini. Selain itu, Adi juga memahami bagaimana beratnya perjuangan akademia AFI.

 

Next >>